Rabu, 03 Desember 2014

Malam Tirakatan 3 Desember 2014

Oleh : Chaerunisa Eka



Ditepi tembok aku bersembunyi,
Ketika syair indah dalam tulisan yang tak abadi namun terkenang sepanjang hidup, meski hanyalah sebuah tulisan tanpa makna namun nyata dan terasa di sayat kalbu malam yang tak berujung menunggu pagi.....

Sepenggal potongan puisi yang nyaris terlupa....dan diganti dengan tulisan yang tak ingin dibaca oleh siapapun!!!! Dari sanapun kita belajar

Pada dasarnya kita semua adalah manusia dilahirkan di dunia yang sama yaitu bumi. Kelak kitalah yang menjadi pemuda pemudi masa depan yang akan memperjuangkan hak-hak asasi.

Negara maritim yang beribu-ribu pulau belum mampu menjadikan kita manusia yang seutuhnya mampu membangun negeri ini dengan penuh keyakinan diri. Kita masih perlu banyak berbenah untuk menjadikan negara kita berubah agar menjadi negeri yang inklusif.

Sayangnya, banyak orang yang beranggapan dan belum menyadari hal ini betapa pentingnya kita bersosialisasi, bukankah kita harus hidup bergandengan dan bersosialisasi? Hidup bukanlah untuk berkorban untuk mencari kebenaran yang ada tetapi hiduplah yang harus dicari letak keadilannya. Jangan sampai orang lain semena-mena atas perjuangan kita. Tidak boleh menyerah hanya sebatas rasa belas kasihan.

Tangan yang meminta bukanlah sebuah petunjuk yang benar, tangan yang berharap penuh cinta untuk diajak bergandengan tangan dialah memberikan segala hal tidak kita tahu sebelumnya.

Dunia ini, berapa banyak lagi yang harus menderita karena kesusahan? Bukan, bukan itu yang ingin saya lakukan, tapi saya ingin dunia ini berubah, mengubah setiap orang di dunia atau bahkan di negara sendiri untuk segera berbenah. Menjadikan negara yang ramah bahkan inklusif. Saya yakin semua orang tahu biar semuanya yakin bahwa penyandang diaabilitas itu ada diantara kita, kehidupan kita.

Mari berfikir jernih, masih maukah anda menjadi manusia yang sok mana tahu segala hal? Belajarlah dari mereka bagaimana mereka bisa bertahan hidup terhadap goncangan caci makian, kebohongan publik, dan bahkan diskriminasi yang mereka temukan. Mau seperti apa negara kita, malukah kita pada negara lain atau dunia. Yang telah berhasil mengubah hidup dari pandangan orang.

Masyarakatku masih awam atau masih tak mau menerima keadaan ini? Saya malu saya berharap untuk negara ini agar tak ada lagi campur tangan kebiadaban dari peradaban yang semestinya dihapus yaitu sebuah diskriminasi. Yang telah mencapai titik nadir yaitu bagaimana kami harus memulai kembali untuk meyakinkan diri.

Kami tidak dapat melakukan itu semua, hanya bersama kalianlah ku ingin mengajak satu persatu setiap orang agar tersadar memiliki hati nurani penyayang dan rela berkorban bukan hanya untuk kami tetapi untuk negeri dari ketidak adilan dan ketidak jujuran ini. Demi bangsa kita penerus masa depan ya...dialah anak negeri penemu hebat yang bisa bermanfaat bagi negeri. Jangan sampai terlepas dari negara lain atau dunia.

Semua adalah milik kita bersama, kitalah yang memanfaatkannya, jangan sampai merusak apa yang tidak pantas untuk kita pakai demi kenyamanan dan hak hidup bagi penyandang disabilitas. Meski masih kekurangan ruang publik untuk berdialog bersama, fasilitas yang memadai jauh dari impian. Meskinya negeri ini berbenah dari sekarang mewujudkannya bersama jangan menunggu apa yang kita minta tetapi lama diwujudkannya.

Masih berharapkah pada pemerintah kita untuk menjadikan kita sebagai bahan cobaan? Jangan! Tapi segeralah bagkit dengan cara kita agar pemerintah percaya kita bisa produktif, jangan asal mencopas apa yang kita dapatkam, namun pergunakan keinginan kita sebaik mungkin! Percayalah negara kita pasti bisa lebih baik dari tangan-tangan hebat selain dari anak cucu kita.

Di dunia ini banyak orang terkenal dan hebat yang berhasil mendunia, apakah kita pantas malu? Tidak...harusnya kita bangga, penyandang disabilitas lah penemu hebat yang bisa mengukir dunia dalam sejarah. Kenapa kita tidak?

Bersegerah bangkit dari rasa malu karena kita sama dilahirkan di bumi yang sama walaupun kita tidak sempurna, tetapi kita masih bisa melihat, mendengar, berlari, berjalan, dan hal-hal lainnya yang masih bisa kita miliki dalam bertahan hidup di era ini. Saya yakin bumi kita nan pertiwi segera bangkit dan menjadi negara yang inklusif.

Percayalah...hanya kalianlah yang bisa mengubah dunia atau mengubah negeri ini

Jakarta, 3 Desember 2014
Salam Disabilitas!!!

*penulis adalah pemilik blog Cintanisatu.blogspot.com

0 comments :

Posting Komentar

 
Design by Rekan Indonesia | Bloggerized by joel75 - Kolektif Pimpinan Pusat