Kamis, 20 Februari 2014

Lagi Rakyat Harus Mati, Karena Buruknya Pelayanan Di RS. Persahabatan.

Minggu 16/02/2014 Pagi 07.30 Gustian Gumir, 63 tahun, warga Johar Baru, Jakarta Pusat masuk ke IGD RS. Persahabatan. Pengguna Kartu Jakarta Sehat (KJS) dengan nomor 02100489 ini menderita luka pada lambung dan mengalami syok hipovolemik. Dokter IGD menyatakan bahwa pasien butuh ruang ICU, namun keluarga pasien diminta membeli obat Omeprazol. Setelah obat dibeli ternyata petugas RS menyatakan ICU kosong.

Berdasarkan penuturanTeddy anak pasien, petugas dan keluarga pasien mencari ruang ICU yang kosong di RS lain namun nihil, ironisnya pasien yang dalam kondisi gawat tidak mendapat penanganan yang serius. Itu terlihat ketika keluarga korban menanyakan kepada dokter akan perkembangan kondisi pasien, dokter malah menjawab sedang sibuk melayani pasien lain.

“Setelah tidak ada hasil mendapat ruang ICU kosong di RS lain, saya coba untuk menanyakan perkembangan dan tindakan selanjutnya. Namun dokter menjawab sedang sibuk” ujar Teddy anak pasien.

“Sampai malam ayah saya belum juga mendapat ruang ICU dan tetap di IGD. Jam 00:00 saya kembali menanyakan kepada petugas dibagian penerimaan ICU, dan mendapat jawaban yang sama bahwa ruang ICU memang penuh. Dan RS sakit sendiri sedang bingung karena besok pagi banyak pasien yang setalah operasi harus masuk ruang ICU” Teddy menambahkan.

“Lalu saya bersama seorang teman sekitar jam 00:30 melakukan pengecekan ke ruang ICU, dan ternyata ada satu tempat yang kosong. Lalu kami merekamnya sebagai bukti ke petugas penerimaan ICU bahwa ada yang kosong. Setelah disampaikan ke petugas ICU, petugas tetap pada jawaban semula bahwa itu diperuntukan untuk pasien yang akan di operasi pagi ini”

“saya jengkel dengan perlakuan petugas tersebut, lalu saya cdan teman coba mengkonfirmasikan kepada dokter di IGD bahwa ada ICU yang kosong, tapi dokter menjawab itu bukan wewenangnya untuk menentukan ICU kosong atau tidak” tegas Teddy dengan nada kesal.

“brengseknya, dokter malah mengatakan bahwa kondisi ayah saya sudah harus dipindahkan ke ruang ICU dan meminta saya untuk mencari ruang ICU di RS lain. Seharusnya kalau memang segera ICU yang kosong itu” Tambah Teddy.

“sampai pagi hari ayah saya tetap di IGD dan tidak ada jawaban dari pihak RS. Sampai akhirnya ayah saya wafat. Saya sangat menyesalkan dengan buruknya pelayanan di RS. Apa karena ayah saya pakai KJS sehingga tidak bisa mendapatkan fasilitas ICU”demikian Teddy mengakhiri penuturannya.

Melalui pesan elektroniknya pihak RS. Persahabatan telah mengklarifikasi persoalan tersebut, berikut isi pesan elektronik dari pihak RS :

“Memang betul ada satu bed kosong di ICU. Namun bed tersebut sementara memang tidak difungsikan karena alat penunjang seperti alat bed side monitor dan ventilator sedang dalam perbaikan. Informasi ini sudah disampaikan kepada pihak keluarga dan pihak RSUP Persahabatan sudah berusaha mencari info ICU ke RS lain melalui call cebter SPGDR untuk di rujuk apabila pasien sudah stabil (transportable), namun belum ada ICU RS lain yang kosong sampai akhirnya pasien meninggal.  Jadi tidak benar kalau RSUP Persahabatan menolak pasien JKN masuk ICU RSUP” demikian klarifikasi pihak RS Persahabatan.

RS. Persahabatan Berbohong

Ketua Kolektif Pimpinan Nasional Relawan Kesehatan Indonesia, Agung Nugroho. Organisasi yang mendampingi ayah Teddy menyatakan bahwa pihak RS telah meninggalkan fungsi utamanya yaitu menyelamatkan nyawa pasien yang dalam kondisi kritis.

“Kami mendapat laporan pada jam 23:45 dari Teddy, lalu kami mengirim anggota kami untuk mendampinginya. Dari hasil rekaman video yang dilakukan oleh anggota kami memang jelas terlihat bahwa ruang ICU ada yang kosong. Namun entah dimana rasa kemanusiaan petugas sehingga tetap menolak pasien masuk ke ruang ICU’

“Persoalan ini lalu kami teruskan kepada instansi terkait baik kepada kementerian kesehatan maupun kepada dinas kesehatan DKI. Hingga muncul klarifikasi dari pihak RS. Namun bisa dilihat dari klarifikasi tersebut bahwa RS Persahabatan telah berbohong dan memutar balikan fakta” tegas Agung.

Menurutnya ada dua kebohongan “Kebohongan itu bisa kita lihat, pertama petugas RS pada malam kejadian menyatakan bed ICU penuh lalu ketika dicek dan ada yang kosong petugas menyatakan bed tersebut untuk pasien yang kan dioperasi pagi hari. Kedua, pihak RS melakukan klarifikasi yang menyatakan bahwa bed ICU yang kosong tersebut memang tidak difungsikan karena ada keperbaikan pada alat penunjang. Jadi kalau ada dua pernyataan yang bebeda apakah ini tidak dinamakan berbohong” Ujar Agung.


“Dan ini membuktikan bahwa UU RS yang mengatur tentang fungsi pengawasan dan pembinaan yang menjadi wewenang kementerian kesehatan tidak berlaku. Menkes jangan hanya meninabobokan rakyat terhadap kemudahan yang didapat rakyat melalui BPJS-JKN, buktinya rakyat lagi-lagi jadi korban” imbuhnya.(an)

0 comments :

Posting Komentar

 
Design by Rekan Indonesia | Bloggerized by joel75 - Kolektif Pimpinan Pusat