Minggu, 09 Februari 2014
Kelurahan Rambutan Marak Wabah Cikungunya

rekanindonesia.org, banjir yang melanda di Jakarta bukan hanya membawa kerusakan pada sarana dan pra sarana diwilayah yang menjadi titik banjir namun juga membawa banyak penyakit yang menyerang bukan hanya para korban banjir tapi juga warga yang tidak terkena banjir.
Seperti yang terjadi di Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur, banyak warga yang terkena penyakit cikunguya. wilayah yang paling banyak mendapat wabah ini adalah di RW 06 yang kebetulan masuk wilayah kumuh di Kelurahan tersebut.
Ketua Kolektif Pimpinan Kelurahan, Nur Hasanah melaporkan "Banyak warga yang tiba-tiba demam dan lumpuh selama sehari, dengan disertai nyeri pada persedian"
"Terutama di RW 06 yang paling banyak menderita Cikungunya, sayangnya warga tidak berobat ke puskesmas namun malah ke klinik sehingga jumlah penderita tidak dapat terpantau dengan valid oleh petugas puskesmas"
"Untuk itu kami sudah berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan puskesmas untuk segera melakukan pendataan jumlah penderita cikungunya dan segera akan melaksanakan bersih kampung yang akan dilakukan oleh Rekan Indonesia Kelurahan Rambutan"
Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya yang berasal dan disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Karena itu, pencegahannya pun hampir sama dengan penyakit demam berdarah (DB), yaitu mencakup 3M: menguras bak mandi, menutup benda-benda yang bisa menampung air, dan menimbun barang-barang yang tidak terpakai. Biangnya: virus chikungunya.
Dokter Rindang Ayom dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Eva Sari, Rawamangun, Jakarta Pusat, menuturkan, perbedaan chikungunya dengan DB terletak pada virusnya. Penyakit chikungunya berasal dari virus chikungunya, sedangkan demam berdarah berasal dari virus dengue. Untuk membedakannya pun agak susah karena semua infeksi virus akan menyebabkan demam (tinggi) mendadak sampai 40 derajat.
"Namun, pada penderita demam berdarah, gejalanya disertai shock karena terjadi kebocoran pembuluh darah. Sedangkan chikungunya tidak demikian," ujar dr. Rindang.
Gejala penyakit chikungunya pada setiap orang berbeda, tergantung usia. Pada orang dewasa, gejalanya ditandai dengan nyeri persendian dan demam tinggi mendadak. Demam berdarah juga bisa memunculkan nyeri persendian walau gejalanya tidak terlalu intens.
Tapi gejala awal keduanya bisa sama: demam tinggi mendadak. Sementara pada anak, gejala chikungunya hanya ditandai dengan demam tinggi saja. Untuk memastikannya apakah seseorang terkena chikungunya atau bukan, dokter akan melakukan pemeriksaan IgM dan IgG anti chikungunya.
Dr. Rindang menerangkan, penderita chikungunya biasanya merasakan sakit pada seluruh badan dan kepala pusing. "Namun mereka hanya akan diobati secara simptomatik, yaitu sebatas gejalanya saja," jelas dia. Misalnya, dengan memberi obat demam atau analgetik untuk menangkal nyeri pada persendian. Penyakitnya sendiri, karena dipicu oleh virus, bakal sembuh dengan sendirinya.
Dalam tubuh, virus chikungunya biasanya akan berinkubasi dalam jangka waktu 5-7 hari. Sama dengan DBD. Memasuki hari ke-8, biasanya sudah mulai sembuh. Namun hal ini tergantung tingkat kekebalan masing-masing orang.
Pada orang tua yang sistem kekebalan tubuhnya mulai berkurang, nyeri persendian ini bisa berlangsung berbulan-bulan bahkan hingga 2 tahun karena proses penyembuhannya lama. Meskipun begitu, demam tingginya hanya berlangsung 7 hari. Pada usia dewasa yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang lain, biasanya bakal sembuh dalam waktu 7 hari.
Sistem kekebalan tubuh tergantung pada pola hidup seseorang. Jika menjalani pola hidup sehat dan dan asupan makanan bergizi seimbang, ditambah olahraga, kemungkinan sakitnya tidak akan lama. Sebab, penyakit chikungunya berasal dari virus yang tidak bisa diobati dengan antibiotik, tapi sangat tergantung pada kekebalan tubuh seseorang.
Meski tidak menyebabkan kematian, penderita chikungunya bisa mengalami kelumpuhan sementara. Ini karena chikungunya menyerang otot-otot persendian. Rasa sakit yang tinggi pada beberapa titik organ tubuh, seperti sikut, pergelangan tangan, jari-jari kaki, yang teramat intens, menyebabkan penderitanya tidak bisa bergerak.
Penyakitnya endemis
Sebagai penyakit tropis, chikungunya bersifat endemis, bisa terjadi di mana saja tergantung musim. Biasanya banyak terjadi pada musim hujan atau masa pancaroba. Meski begitu, seperti halnya demam berdarah, kini chikungunya bisa menimpa seseorang kapan saja.
Kondisi lingkunganlah yang paling menentukan tingkat kerentanan persebaran chikungunya. Jika lingkungannya bersih, maka nyamuk yang senangnya di tempat gelap dan genangan air, tidak akan berbiak. Di desa atau kota, tingkat kerawanannya sama, tergantung tingkat kebersihannya.
Meski ditandai dengan demam tinggi, secara medis tidak ada larangan bagi penderitanya untuk mandi. Hanya saja, agar tidak menggigil perlu menggunakan air hangat.
"Chikungunya juga bukan penyakit menular. Jadi, Anda tidak perlu ragu untuk melakukan kontak dengan penderita," pungkas dr. Rindang. (an)
Seperti yang terjadi di Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur, banyak warga yang terkena penyakit cikunguya. wilayah yang paling banyak mendapat wabah ini adalah di RW 06 yang kebetulan masuk wilayah kumuh di Kelurahan tersebut.
Ketua Kolektif Pimpinan Kelurahan, Nur Hasanah melaporkan "Banyak warga yang tiba-tiba demam dan lumpuh selama sehari, dengan disertai nyeri pada persedian"
"Terutama di RW 06 yang paling banyak menderita Cikungunya, sayangnya warga tidak berobat ke puskesmas namun malah ke klinik sehingga jumlah penderita tidak dapat terpantau dengan valid oleh petugas puskesmas"
"Untuk itu kami sudah berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan puskesmas untuk segera melakukan pendataan jumlah penderita cikungunya dan segera akan melaksanakan bersih kampung yang akan dilakukan oleh Rekan Indonesia Kelurahan Rambutan"
Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya yang berasal dan disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Karena itu, pencegahannya pun hampir sama dengan penyakit demam berdarah (DB), yaitu mencakup 3M: menguras bak mandi, menutup benda-benda yang bisa menampung air, dan menimbun barang-barang yang tidak terpakai. Biangnya: virus chikungunya.
Dokter Rindang Ayom dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Eva Sari, Rawamangun, Jakarta Pusat, menuturkan, perbedaan chikungunya dengan DB terletak pada virusnya. Penyakit chikungunya berasal dari virus chikungunya, sedangkan demam berdarah berasal dari virus dengue. Untuk membedakannya pun agak susah karena semua infeksi virus akan menyebabkan demam (tinggi) mendadak sampai 40 derajat.
"Namun, pada penderita demam berdarah, gejalanya disertai shock karena terjadi kebocoran pembuluh darah. Sedangkan chikungunya tidak demikian," ujar dr. Rindang.
Gejala penyakit chikungunya pada setiap orang berbeda, tergantung usia. Pada orang dewasa, gejalanya ditandai dengan nyeri persendian dan demam tinggi mendadak. Demam berdarah juga bisa memunculkan nyeri persendian walau gejalanya tidak terlalu intens.
Tapi gejala awal keduanya bisa sama: demam tinggi mendadak. Sementara pada anak, gejala chikungunya hanya ditandai dengan demam tinggi saja. Untuk memastikannya apakah seseorang terkena chikungunya atau bukan, dokter akan melakukan pemeriksaan IgM dan IgG anti chikungunya.
Dr. Rindang menerangkan, penderita chikungunya biasanya merasakan sakit pada seluruh badan dan kepala pusing. "Namun mereka hanya akan diobati secara simptomatik, yaitu sebatas gejalanya saja," jelas dia. Misalnya, dengan memberi obat demam atau analgetik untuk menangkal nyeri pada persendian. Penyakitnya sendiri, karena dipicu oleh virus, bakal sembuh dengan sendirinya.
Dalam tubuh, virus chikungunya biasanya akan berinkubasi dalam jangka waktu 5-7 hari. Sama dengan DBD. Memasuki hari ke-8, biasanya sudah mulai sembuh. Namun hal ini tergantung tingkat kekebalan masing-masing orang.
Pada orang tua yang sistem kekebalan tubuhnya mulai berkurang, nyeri persendian ini bisa berlangsung berbulan-bulan bahkan hingga 2 tahun karena proses penyembuhannya lama. Meskipun begitu, demam tingginya hanya berlangsung 7 hari. Pada usia dewasa yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang lain, biasanya bakal sembuh dalam waktu 7 hari.
Sistem kekebalan tubuh tergantung pada pola hidup seseorang. Jika menjalani pola hidup sehat dan dan asupan makanan bergizi seimbang, ditambah olahraga, kemungkinan sakitnya tidak akan lama. Sebab, penyakit chikungunya berasal dari virus yang tidak bisa diobati dengan antibiotik, tapi sangat tergantung pada kekebalan tubuh seseorang.
Meski tidak menyebabkan kematian, penderita chikungunya bisa mengalami kelumpuhan sementara. Ini karena chikungunya menyerang otot-otot persendian. Rasa sakit yang tinggi pada beberapa titik organ tubuh, seperti sikut, pergelangan tangan, jari-jari kaki, yang teramat intens, menyebabkan penderitanya tidak bisa bergerak.
Penyakitnya endemis
Sebagai penyakit tropis, chikungunya bersifat endemis, bisa terjadi di mana saja tergantung musim. Biasanya banyak terjadi pada musim hujan atau masa pancaroba. Meski begitu, seperti halnya demam berdarah, kini chikungunya bisa menimpa seseorang kapan saja.
Kondisi lingkunganlah yang paling menentukan tingkat kerentanan persebaran chikungunya. Jika lingkungannya bersih, maka nyamuk yang senangnya di tempat gelap dan genangan air, tidak akan berbiak. Di desa atau kota, tingkat kerawanannya sama, tergantung tingkat kebersihannya.
Meski ditandai dengan demam tinggi, secara medis tidak ada larangan bagi penderitanya untuk mandi. Hanya saja, agar tidak menggigil perlu menggunakan air hangat.
"Chikungunya juga bukan penyakit menular. Jadi, Anda tidak perlu ragu untuk melakukan kontak dengan penderita," pungkas dr. Rindang. (an)

0 comments :
Posting Komentar